Edisi 7
Liputan Khusus

Home

Daftar Isi
Editorial
Berita Utama
Artikel 1
Artikel 2
Profil
Pendidikan 2
Kesehatan
Liputan Khusus
Humor
Suplemen

aceh.jpg
PERTUNJUKAN KESENIAN SUFI ACEH DI ANKARA
 

Menyusul sukses tim kesenian bertema Kalimantan pada bulan Mei 2002 yang diselenggarakan dengan bekerjasama dengan Hotel Hilton Ankara dan Istanbul, Turki kini giliran Tim Kesenian Nangroe Aceh Darusalam (NAD) membuat gebrakan  sukses dalam ajang Festival Musik dan Tari Internasional di  Turki yang berlangsung dari tanggal 25-30 Agustus 2002 di Kota Ankara. Dengan mempertotonkan kesenian Sufi, tim yang beranggotakan 21 orang terdiri 15 org artis dan 6 orang  pendamping dari  pejabat instansi terkait, mampu mempertunjukkan nuansa yang berbeda dengan pertunjukan seni yang dibawa oleh negara lainnya.

Bahkan tim kesenian ini diminta untuk mengadakan pertunjukkan ekstra di Tamam Reakreasi Altinpark yang hari pelaksanaannya bertepatan dengan Zafer Bayram atau Hari Kemenangan Turki. Permintaan dari Panitia Festival tersebut beralasan sebab kesenian yang dipertunjukkan tim Indonesia pada tiga pertunjukan yang telah dijawalkan oleh panitia sebelumnya mampu mengundang applause penonton yang memadati tempat pertunjukan.

Menurut Bpk Sofyan Muchtar, Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi NAD, tema kesenian Sufi tersebut merupakan ide Menteri Kebudayaan RI, Bpk.I Gde Ardika, saat berkunjung ke kantor beliau untuk melaporkan dinas program propinsi NAD pada bulan Oktober 2001. Saat itu, Bpk. Sofyan yang baru dilantik sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Propinsi NAD ditawari untuk ikut berpartisipasi dalam festival seni Internasional oleh beliau. Dari beberapa negara yang ditawarkan diantaranya, Inggris, Perancis, Italia, dan beberapa lainya, Turki adalah negara yang paling diminati karena selain jadwal festival yang tidak terlalu dekat dengan persiapan latihan yaitu pada bulan Agustus 2002 juga kesenian bernilai Islami diperkirakan akan mendapat sambutan hangat.

Sebagai tindak lanjut Bpk Sofyan menghubungi Bpk Anwar Siagian selaku staff dinas kebudayaan propinsi diminta untuk mempersiapkan sebuah pertunjukan seni bernafaskan Sufi. Bpk. Nurdin Daud, staff pengajar IKJ yang pernah membawa rombongan tim seni Sufi-Aceh ke Festifal Istiglal tahun 1991, segera dihubungi. Dari beliaulah diketahui bahwa kesenian sufi hanya ada satu-satunya di Aceh di Kampung Samalanga Kabupaten Bireun. Hal tersebut dibenarkan Bpk. Amiruddin Hasan, selaku staff kebudayaan kabupaten Bireun bahwa kesenian Sufi ini hanya berkembang di desa Samalanga dan tidak berkembang di daerah lainnya. Ditambahkannya bahwa menurut versi aslinya seni tari Sufi ini dimainkan oleh wanita dengan tidak menggunakan gerakan tubuh dan musik. Dalam perkembangan selanjutnya kaum pria lebih banyak memainkan kesenian ini dengan sesekali diiringi gerakan tubuh.

Menurut sejarahnya kesenian Rubbani yang berisi pesan-pesan religius ini datang dari   Tanah Suci, diciptakan oleh Tgk. H. Syech. Muhammad Saman dan dibawa oleh Tgk. H. Syech Abdurrauf ke Aceh saat beliau mempelajari agama dari ulama-ulama disana. Buku berisi puisi Illahi yang dipelajari Tgk. Syech Abdurauff kemudian diwariskan kepada Tgk. Diblang Keujeu yang merupakan ulama di kampung Samalanga. Selama berabad-abad kesenian itu dimainkan di mushola-mushola dan dipertunjukkan ke khalayak ramai saat  peringatan besar agama Islam seperti Maulid Nabi, Bulan Ramadhan dan lain-lain ataupun acara panen dan hajatan lainnya.

Sesuai dengan permintaan pihak penyelenggara Festival Tari dan Musik Internasional Turki (Fomged) agar setiap negara peserta dapat membatasi pertunjukan selama tujuh menit, Anwar Siagian selaku koreografer tim memperperpendek durasi pertunjukan yang menurut versi aslinya sepanjang 45 menit. Selain itu karena akan dipertunjukkan dalam ajang Festifal Tari dan Musik,  pada tari dan syairnya ditambahkannya pula iringan musik berupa tabuhan Rapais (Tamborine) agar pertunjukan tampil lebih menarik.

Lagu dengan syair, dan tari yang bernuansa Islam memang nampak berbeda dengan pertunjukan yang ditampilkan oleh 15 negara lainnya yang diantaranya Azerbaijan, Romania, Israel, Perancis, Italia, Ukrania, Lethuania, Suriah, Bulgaria, Gheorgia, Makedonia, Rusia, Mesir, Kazakistan, Tajakistan dan Turki sebagai tuan rumah. Pada umumnya mereka menampilkan tarian tradisional sejenis serupa berupa tarian muda-mudi dengan mempertotonkan gerakan kaki cepat dan indah seperti yang ditunjukkan  negara Turki dan negara tetangga-tetangganya. Berbeda dengan negara Turki dan tetangganya, Perancis menampilkan tarian dansa tradisional yang dimainkan oleh sekelompok orang tua. Bahkan ada beberapa negara seperti Rumania dan Ukraina hanya menampilkan paduan suara saja. Dapat dibayangkan penampilan paduan suara tersebut pada Festival Tari dan Musik yang lebih banyak menggunakan panggung terbuka. Penampilan terburuk ditunjukkan oleh tim Bulgaria yang menampilkan tarian modern diiringgi lagu Pop Turki oleh penyanyi Bulgaria, nampak seperti tidak ada budaya tradisionalnya saja.

Tim Indonesia dari propinsi NDA tampil memikat dengan mempermainkan ritme emosi penonton. Peralihan tabuhan tamborin dan tari dari tempo lambat ke cepat berganti-ganti diiringi oleh ritme tepukan penonton yang ikut dalam tempo seperti memberi roh  pada tarian yang disajikan. Gerakan dinamik dari lambat ke cepat kemudian kembali berubah ke lambat berganti-ganti sesuai  alunan musik, hampir menyerupai tarian saman mengundang decak kagum bagi penonton Turki yang belum pernah menyaksikan pertunjukan serupa. Belum lagi nuansar Islam yang dikumandangkan dalam syair religius yang akrab dengan telinga penonton Turki yang notabene sekuler, menyejukkan dahaga kerinduan terhadap seni Islam menambah semakin "Wahnya" penampilan tim Indonesia.

Bpk. Sufyan menjelaskan bahwa suksesya keberangkatan tim kesenian NAD tidak lepas dari kerjasama Propinsi NAD dengan Kabupaten Bireun khusunya dalam hal membiayai tiket perjalanan 15 orang artis dan dan kebutuhan lainnya selama dalam perjalanan. Panitia Festival hanya menyediakan akomodasi berupa penginapan serta transportasi bus selama pertunjukan di Ankara.   Lebih jauh Bpk Sofyan memaparkan rencananya untuk mengadakan kegiatan Festival Tari dan Musik Internasional serupa di propinsi NAD pada tahun depan.

Atas nama rombongan tim kesenian NAD, Bpk Sufyan mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan keramah-tamahan dari  KBRI Ankara dalam menyukseskan  acara tersebut.

Melalui reporter Buletin, Bpk Sufyan juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Buletin PPI-Turki atas jerih payah dan sumbangsihnya mengekspos pemberitaan mengenai kegiatan-kegiatan  masyarakat Indonesia khususnya yang berkenaan dengan misi pemerintah RI melalui media cetak maupun elektronik Internet sehingga beritanya dapat diketahui siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Heru Ari Christianto, 

Mahasiswa S2, Teknik Sipil, Middle East Technical University