Edisi 3
Artikel 1

Home

Daftar Isi
Redaksi
Berita Utama
Lanjutan Berita
Artikel 1
Artikel 2
Interview
Liputan Khusus
Kesehatan
Humor

H a r e e m
  

Kehidupan dalam istana kerajaan Usmani tidak hanya didominasi oleh kaum pria saja yang bertindak sebagai pelaksana kekuasaan.Kaum wanita pun memainkan peran di dalam istana. Terkadang perannya membawa pengaruh yang bisa menerobos ke dalam tatanan politik kerajaan dan konsekwensinya bisa sampai pada ferman-ferman (dekrit-dekrit ) sultan.

Meskipun kaum pria dan kaum wanita hidup dan tinggal di  dalam istana yang sama, namun masing-masing mempunyai wilayah yuridiksi sendiri dan hanya sultan lah yang berkuasa penuh pada keduanya. Kedua kelompok ini tidak mempunyai hak untuk ikut campur dalam urusan internal masing-masing.

Daerah yang menjadi otoritas kaum pria disebut Selank. Di sini Sultan menjalankan jalannya kekuasaan dengan dibantu oleh para pejabat dan pegawai istana seperti mengatur jalannya administrasi kerajaan, hubungan bilateral dan internasional dengan kekuasaan-kekuasaan lain. Disamping itu seremoni-seremoni baik yang bersifat religius maupun urusan kerajaan diselenggarakan di Selank. Sedangkan daerah otoritas kaum wanita  disebut Harem atau Darus-saade  yang berarti rumah kebahagiaan.  Harem terletak di dalam lingkungan istana. Umumnya dibangun dalam bentuk apartmen-apartmen dimana di dalam harem diterapkan sistem hirarki seperti halnya yang ada di Selanik. Dengan kondisi demikian  harem disebut juga sebuah istana dalam istana. Di masa kerajaan Usmani harem dibangun di dalam istana Topkap dan istana Dolmabahçe . di Topkap harem terletak di posisi sayap kanan dari istana Topkapi yaitu tepat dibelakang gedung imperial council yang mempunyai menara keadilan sebagai simbul penegakan keadilan bagi pejabat dan pegawai yang melanggar dan melakukan kesewenang-wenangan. Sedangkan di istana Dolmabahçe, harem terletak di bagian belakang istana, yaitu dibelakang Selank. Dari letak harem tersebut dapat diambil garis kesimpulan bahwa pengaruh harem dalam kehidupan kerajaan bisa ditinjau sejalan dengan periodenya masing-masing. Dengan kata lain, harem di masa istana Topkap lebih berpengaruh daripada di masa istana Dolmabahçe.

Harem adalah tempat yang sangat tertutup bagi semua orang asing sehingga disebut tempat private. Di dalam harem tatanan kehidupan terorganisasikan dalam sistem perbudakan. Agar kita berhati-hati dalam mengartikan budak di sini, maka budak diartikan tidak secara teori yaitu jual beli manusia untuk dihambakan, melainkan dengan tahap yang lebih manusiawi dan lebih dihargai dengan arti suatu pengabdian kepada raja atau dapat juga mendekati figur seperti abdi dalem dalam kesultanan Jawa. Sistem ini mirip dengan sistem kul-slave yang diterapkan di dalam selank dengan makna loyalitas yang tinggi pada diri pejabat dan pegawai istana kepada sang raja.

Para penghuni harem adalah para wanita yang dipilih secara teliti dari berbagai asal. Di antara mereka ada yang berasal dari tawanan-tawanan perang, pasar budak atau hadiah dari gubernur-gubernur yang memimpin propinsi-propinsi kerajaan Usmani. Jelas bagi kita bahwa fenomena ini menggambarkan wanita-wanita dalam harem bukanlah harus dari keturunan bangsawan tetapi berasal dari berbagai kelas sosial. Tentunya diantara mereka adalah ibu-ibu yang nantinya melahirkan putra-putra mahkota, sehingga jelas pula bagi kita bahwa para penguasa kerajaan Usmani lahir dari ibu-ibu yang  tidak berdarah noble (bangsawan). 

Mereka direkrut  dalam usia  yang sangat muda  dan bermodal paras cantik. Sistem perekrutan di harem tidak sama dengan devsirme (perekrutan anak-anak dari keluarga non-muslim). Ketika mereka pertama kali masuk ke harum ditempatkan di dua ruangan yang luas yang disebut Greater dan Lesser Chambers. Di sini mereka mendapatkan status acemi (pemula) dibawah pengawasan yang ketat oleh kahya kadn (pengawas wanita) Dari sini mereka berkembang menjadi wanita-wanita yang matang dan dibekali dengan keahlian-keahlian khusus setelah melewati berbagai pendidikan dan latihan yang meliputi prinsip-prinsip agama Islam, etika dan moral. Selain itu juga mereka dibekali kepandaian dalam menjahit, menyulam, dansa, menyanyi, memainkan musik instrumen, mendongeng dan bercerita. Semua itu diperoleh menurut kemampuan masing-masing.

Pada tahun 1475 tercatat jumlah penghuni harem di istana Topkapi mencapai  400 wanita. Mereka setelah melewati masa-masa sebagai pemula akan memperoleh status-status secara bertahap mulai dari cariye sagird gedikli dan usta. status-status tersebut diberikan dengan promosi menurut tingkat kemampuan dan keahliannya, disamping juga lamanya tinggal di harem akan menjadi pertimbangan . Semakin tinggi status yang disandang semakin dekatlah ia sampai ke hadapan sultan.

Sultan akan memilih salah satu dari mereka yang sudah berstatus usta. Bagi yang bernasib mujur akan menjadi istri sultan dan mendapat gelar has odalk atau haseki dan mendapatkan hak tidur dengan sultan. Para haseki mempunyai pengaruh yang sangat besar pada keputusan-keputusan dalam haremSebagian dari para sultan juga ada yang secara resmi menikah dengan putri-putri dari penguasa-penguasa asing dengan tujuan memperkuat hubungan dengan keluarga sang permaisuri. Namun kebijaksanaan ini hanya sampai pada masa sultan Suleyman the magnificient. Dia sendiri mengakhiri tradisi ini dengan menikahi gadis dari Polandia yang bernama Roxelana, kemudian terkenal dengan sebutan Hurrem sultan. Para permaisuri ternyata memainkan pengaruhnya yang sangat dominan dalam keputusan-keputusan kerajaan sehingga dianggap melampaui batas. Suara mereka mampu membuat keputusan dalam pengangkatan dan pemecatan pejabat dan pegawai istana, juga mampu membisiki raja untuk mengeluarkan dekrit-dekritnya. Mereka juga berambisi untuk merebut hati raja supaya mengangkat anak kandungnya sendiri sebagai putra mahkota seperti halnya yang dilakukan Roxelana kepada sultan Suleyman.

Pada setiap seremoni pernikahan sultan, yang bertindak sebagai saksi dari pihak pria adalah Grand Vazier. Sedangkan yang bertindak sebagai saksi dari pihak wanita adalah Harem Agas. Pernikahan dijakankan oleh Syeikhul-Islam yang merupakan jabatan tertinggi dari para pemuka agama.

Roxelana adalah permaisuri yang sering disebut-sebut dalam sejarah Usmani. Dia menjadi dalang atas terbunuhnya Grand Vazier Ibrahim Pasha yang mayatnya ditemukan di taman dalam istana Topkap di waktu subuh. Di mata Roxelana Ibrahim Pasha adalah orang yang sangat kuat menentang Roxelana dalam mencampuri urusan kerajaan. Setelah dirasa bahwa campur tangannya para Valide sultan (ibu permaisuri) dalam tatanan kerajaan, maka pada periode antara 1574 dan 1687 para sultan tidak lagi mengangkat permaisuri secara legal. Dan pertimbangan agama yang mana hak kaum pria hanya bisa beristri sampai empat, maka para sultan memiliki haseki sebanyak empat dan mereka mendapat status kadn yang memperoleh perlakuan yang sangat istimewa.

Di antara para haseki, siapapun yang bisa memberikan keturuan kepada sultan akan memperoleh keutamaan-keutamaan dalam harem. Dia akan diberi mahkota seraca seremonial dan memakai pakaian yang terbuat dari kulit musang. Kemudian dia datang ke sultan dan mencium tangannya. Baginya akan disediakan apartment khusus yang bersebelahan dengan kamar sultan. Lebih dari itu, di antara mereka yang bisa memberikan putra pertama kepada sultan akan mendapatkan hak-hak yang lebih istimewa dari yang lainnya dan diberi status Bas kadn yang mana pengaruhnya mencakup seluruh isi harem.

Seluruh staf harem, seperti halnya para staf di Selank , memperoleh fasilitas-fasilitas dari pihak kerajaan. Mereka memperoleh gaji harian dan fasilitas sandang. Tentunya, dalam struktur hirarki setiap kelompok mempunyai seragam masing-masing sesuai dengan kelasnya sendiri. Kelompok di atas status usta memakai pakaian yang terbuat dari bulu binatang.

Meski Valide sultan atau Bas kadn mempunyai kekuasaan mutlak di dalam harem, penanggung jawab operasional pada kegiatan-kegiatan di harem dikendalikan oleh Harem Agas atau Darus-saade Agas. Jabatan ini setingkat dengan Kap Agas yang bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan di Selank.

Harem sebagai organisasi juga mempunyai aturan-aturan yang diterapkan dan harus dilaksanakan oleh para penghuninya. Ketika para penghuni harem mendengar suara sandal sultan yang berlapis perak, mereka harus menyembunyikan diri karena merupakan pantangan bagi mereka untuk bertatap muka secara langsung dengan sultan.  Begitu juga seandainya ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh penghuni harem maka akan dikenakan hukuman dan sanksi. Dalam sistem hirarki, kalau seorang acemi ( pemula ) mampu merebut hati sultan maka akan dianggap melangkahi dan meremehkan hak-hak para usta yang menjadi seniornya. Sikap demikian juga akan dianggap melewati otoritas Valide sultan karena Valide sultan sendiri telah memilih dengan hati-hati para usta yang dianggap pantas mendampingi sultan.

Selain para gadis-gadis yang dari awal disiapkan secara matang dengan pendidikan dan latihan-latihan dan kemudian menempuh kariernya menuju ke hadapan sultan, ada kelompok pelayan yang mengurus gadis-gadis tersebut dan juga bertugas merawat lingkungan harem. Bagi para haseki, setiap orang dari mereka mendapatkan pelayan sebanyak antara 10 sampai 20 pelayan. Semua pelayan dipimpin dan  dibawah tanggung  jawab seorang kepala pelayan, yaitu seorang yang paling banyak pengalamannya tentang  harem  dan     yang   cukup  lamatinggal di harem. Dia dibantu dalam menjalankan tugasnya oleh para kepala bagian seperti bagian penjaga harem, tata rias, laundry, menyiapkan hidangan makan dan minum termasuk juga bagian yang mencicipi makanan yang akan dihidangkan, dan bagian menghidupan dan mematikan lampu dalam harem.

Pada masa sultan Suleyman the magnificient jumlah pelayan dalam harem mencapai 300 pelayan dan angka ini meningkat menjadi 500 pada masa sultan Murat III kemudian pada masa kekuasaan sultan Mehmed the Hunter jumlah pelayan dalam harem sebanyak 700 pelayan.     

Harem adalah sisi yang penting dalam membaca peran dan kedudukan wanita dalam istana. mereka bukanlah seorang budak melainkan pengabdi yang loyal kepada sultan. Meski sebagian mereka ada yang berasal dari budak, perlakuan yang diberikan kepada mereka di dalam harem sangatlah manusiawi. Batasan mereka adalah selank. Kalau mereka mencoba mencampuri urusan kerajaan, maka keseimbangan kekuasaan pun akan goyah. Sepantasnyalah mereka menyadari tempatnya masing-masing supaya keseimbangan selalu terjaga. 

Miftahus Surur

Mahasiswa Sejarah, Universitas Bhosporus