Edisi 1
Profil

Home

Daftar Isi
Redaksi
Berita Utama
Artikel
Profil
Interview
Kesehatan
Humor

pakwono.jpg
Pak Erie bersalaman dengan Ketua PPI, Miftahus Surur
 Kenangan  akhir bersama Keluarga Pak Wono

 

Padatnya acara menghadiri Farewell Party, tidak membuat Kasubid Pensosbud KBRI Ankara, Pak Erie N. Bawono, kehabisan waktu untuk wawancara dengan reporter PPI. Dikunjungi saat menikmati kesibukannya mengemas barang-barang, reporter buletin Budi Zainal M. diterima dengan sangat ramah oleh Ibu Hani Bawono. Pak Erie yang akrab dipanggil Pak Wono berakhir masa tugasnya di akhir bulan Juni 2001 ini.

Sebagai Kasubid Pensosbud Pak Erie memang dekat dengan para mahasiswa. Lulusan UGM jurusan Hubungan Internasional angkatan 82 ini sebelum memasuki DEPLU sempat bekerja pada harian terkenal Jakarta Post selama setahun. Diplomat muda yang pernah bercita-cita menjadi jurnalis tersebut mengaku masuk DEPLU merupakan suatu kebetulan karena ketika diterima menjadi pegawai negeri di tahun 1991 membuatnya harus membagi waktu bekerja di DEPLU dan  di Jakarta Post.

Ketika keinginannya untuk meneruskan pendidikan S2 mendapatkan dukungan dari Deplu, Pak   rie yang lulus dari Sekdilu angkatan ke 17 ini cenderung memilih menjadi diplomat. Sebagai mahsiswa tugas belajar jurusan American Studies, universitas Indonesia angkatan 93, Pak rie  diberi kesempatan mengadakan riset tentang Worker Rights  dalam  kebijakan pemerintah Amerika Serikat.

Ditanyakan mengenai awal perkenalannya dengan Ibu Hani, Pak Erie mengaku  perkenalannya itu juga secara kebetulan. Ibu Hani yang saat itu sudah bergelar sarjana hukum UI sedang melakukan praktek magang di Direktorat Hubungan Sosial Budaya DEPLU sebagai syarat kelulusannya menyelesaikan program D3 bahasa Belanda di Fakultas Sastra UI.  

Menurut Pak Erie pengalamannya sebagai mahsiswa di Amerika Serikat membuatnya mengerti dan paham suka duka sebagai mahasiswa riset di   luar negeri. Lebih lanjut  Pak.  Erie   mengatakan  bahwa dirinya merasa sebagai warga negara biasa dan bukan sebagai pegawai Deplu ketika harus melapor diri ke KBRI pada saat menjadi mahasiswa.

Pak. Erie menolak dikatakan bahwa mahasiswa merupakan beban bagi pihak KBRI. Menurutnya KBRI justru ada, untuk  mengemban misi pemerintah Indonesia yang salah satunya adalah membantu kepentingan warga masysarakat Indonesia dan mahasiswa. 

Sambil  tertawa lebar Pak. Erie memilih lebih baik pulang untuk mengurusi burung cocakrowonya daripada tidak dapat membantu menyelesaikan masalah kemahasiswaan. Pak Erie menilai pelajar khususnya mahasiswa di Turki  banyak membantu dalam misi KBRI Ankara.

Kepada PPI yang baru terbentuk, Pak. Erie menyatakan harapannya agar PPI  mampu  menjaga    prinsip   dan    kemandiriannya,   karena   menurutnya belajar berorganisasi  itu adalah belajar mandiri dan bekerjasama.

Berkomentar mengenai hubungan baiknya dengan PPI, Pak. Erie mengatakan bahwa status bukanlah penghalang untuk dekat dengan mahasiswa karena yang terpenting menurutnya adalah setiap orang membutuhkan perhatian dan penghargaan secara tulus, dan itulah yang dilakukan Pak Wono kepada semua orang termasuk kepada mahasiswa.

Budi Z.M.

Mahasiswa Matematika Unverstas Marmara.