"Saya mau diapakan", itulah pertanyaan Presiden Sukarno yang dikutip Rosihan Anwar ketika Pendiri Republik RI tersebut dijemput dari rumahnya oleh tiga orang petinggi militer saat perstwa G30S PKI meletus di tahun 1965. Pertanyaan yang dilontarkan presiden RI yang saat itu dikatagorikan termasuk berusia lansia (lanjut usia), kembali terdengar dari para lansia kita ketika Parlemen RI memutuskan untuk menjadikan tanggal 29 Mei secara resmi menjadi Hari Lansia Indonesia.
Sejumlah kegiatan sosial ditawarkan oleh pemerintah kepada organisasi pemerintah dan non pemerintah mulai dari diskusi sampai kunjungan ke rumah panti jompo dalam memperingati Hari Lansia Indonesia. "Sudah barang tentu para lansia berharap lebih dari itu !" Mereka berharap pemerintah dapat menemukan formula yang tepat untuk dapat menjamin kehidupan mereka di kemudian hari kelak.
Sejumlah usulan untuk pemberdayaan para lansia terlontar dalam berbagai diskusi yaitu kemungkinan para lansia yang terdidik (yang dahulunya menempati posisi stratetegis tertentu) mendapat kesempatan untuk berkarya dengan membagikan pengalaman berharga kepada generasi penerus pewaris negeri. Mereka mengharapkan pemerintah dapat melihat pengalaman berharga mereka sebagai suatu aset.
Lalu bagaimana dengan nasib para lansia yang tidak terdidik yang jumlahnya banyak tersebar di wilayah urban ? Apakah mereka berhak mendapatkan porsi kesempatan yang sama seperti para lansia terdidik ? Apakah mereka selamanya dikelompokkan sebagai bagian dari beban ekonomi dan memberikan dampak sosial ?
Sebagai perbandingan di negara Turki, jaminan kehidupan hari tua bagi para lansia berpendidikan maupun tidak berpendidikan dijamin oleh pemerintah. Bahkan dalam upayanya Turki masuk keanggotaan Uni Eropa, baru-baru Pemerintah Turki menetapkan berdirinya Pengadilan Keluarga yang mempunyai kekuasaan untuk memaksa, bukan hanya lansia tetapi bahkan anak-anak untuk dirawat oleh negara bila lingkungan di tempatnya tinggal tidak memberikan jaminan kehidupan yang layak.
Jaminan hidup para lansia tersebut diatas dimungkinankan karena adanya kepercayaan masyarakat terhadap program asuransi hari tua yang disediakan pemerintah sehingga mereka dengan senang hati menyisakan sebagian besar pendapatan mereka untuk program asuransi. Kepercayaan tersebut tentunya terlaksana apabila ada "Kepastian Hukum" yang telah baik di Turki yang kini sedang ramai-ramainya dikumandangkan untuk dapat ditegakkan di Indonesia.
Sejumlah teori psikologis dan fisiologis kesehatan mengenai lansia terungkap dalam diskusi. Dari sudut pandang agamapun (Islam) melihat bahwa keadaan lanjut usia menuju kearah permulaan dari suatu kehidupan. Jalan mulai tertatih-tatih, gigi mulai hilang satu persatu, kurang pendengaran, daya ingat dan cara berpikir yang persis keadaan bayi ketika baru lahir.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru diketemukan bahwa teka-teki silang membantu daya ingat lansia. Dari hasil survey sebuah lembaga di Amerika Serikat diketemukan bahwa dari sejumlah responden daya ingat lansia yang mengisi teka-teki silang menempati urutan pertama, diikuti dengan lansia yang sering membaca buku dan terakhir adalah lansia yang menggunakan waktunya untuk berkebun dan berolah raga.
Post Power Syndrome merupakan suatu gejala psikologis umum yang diderita kaum lansia.yang umumya merasa sakit dan tidak berguna karena sering pendapatnya disepelekan orang muda. Kaum muda dan Lansia sering menggunakan perbedaan umur mereka untuk saling mempertahankan pendapatnya. Lansia rata-rata menganggap kaum muda masih junior dan masih perlu belajar dari kaum lansia dalam mengatasi berbagai persoalan. Sebaliknya kaum muda yang rata-rata berpendidikan tinggi mengganggap cara berpikir lansia dalam menghadapi berbagai persoalan tersebut sudah tidak lagi sesuai dengan perubahan paradigma yang berlaku dalam masyarkat.
Hal tersebut diperburuk dengan ketidakmampuan kaum muda untuk mampu mengerti masalah psikolgis lansia sehingga yang terjadi adalah konflik antara kaum muda dan lansia sampai ke masalah-masalah yang tidak prinsipil secara logika namun biasanya dianggap prinsipil oleh kaum lansia. Masalah tersebut selain perlu adanya peran serta anggota keluarga yang terkait, secara medis perlu penanganan serius dengan melibatkan peran psikolog untuk mengatasi masalah psikologis lansia yang sudah akut. Langkah untuk membentuk wadah komunikasi antara kaum muda dan lansia patut dipikirkan.
Adanya pergeseran nilai-nilai sosial dalam masyarakat akibat timbulnya interaksi dengan budaya luar yang masuk ke Indonesia dan gaya hidup modern di kota metropolitan sering dituding sebagai biang penyebab kaum muda tidak respek dengan lansia. Bagaimana dengan Jepang dan Turki yang tradisi kulturnya dekat dengan Indonesia, bagaimana tradisi menghargai menghormati kaum lansianya masih dapat terus terpelihara? Ataukah ini merupakan budaya baru yang diwariskan mantan presiden Suharto (lansia) setelah 32 tahun berkuasa? Allohualam.
Sejumlah saran dan ide untuk mengikuti kebijakan negara maju dalam memberikan meningkatkan kesejehteraan kaum lansia terungkap dalam diskusi. Peserta diskusi pada umunya setuju bahwa masalah lansia bukan hanya tugas pemerintah saja melainkan merupakan tugas masyarakat. Peran swasta yang selama ini profit oriented diharapkan dapat memberikan perhatiannya kepada masalah lansia di Indonesia.
Perhatian kepada nasib Lansia Indonesia harus dipikirkan mulai dari sekarang jika kita tidak ingin menghadapi masalah serupa di masa lansia kita.
Hidup dan Dirgahayu Lansia RI !!
Heru Ari Christianto
(Kawula Muda yang respek dengan Lansia)
Mahasiswa Program Master Teknik Sipil.
Middle East Technical University